Pekerja Remote – Antara Kenyamanan & Tekanan
Membahas tentang hal yang saya alami sendiri setelah sekian tahun lamanya sebagai Pekerja Remote (Remote Worker), entah itu selama menjadi Freelancer maupun sebagai karyawan di sebuah perusahaan yang bergerak di Bidang IT (Internet Company).
Suka dukanya sebagai Remote Worker itu lumayan berimbang, antara suka & duka itu mungkin banyak yang anggap kalau kerja di rumah / remote job itu lebih banyak sukanya.
Kalau saya pribadi sih…, tergantung bagaimana kita menyikapinya, pasti ada plus minusnya dalam setiap pekerjaan.
Untuk saya sendiri yang juga sebagai programmer, data engineer bahkan bisa di sebut sebagai seorang dev ops atau sebut saja Superman di mana juga sebagai perokok aktif ini merasakan kalau kerja remote itu lebih bisa membuat saya mengerjakan task / job dengan lebih optimal dengan bekerja secara remote di tempat yang bukan kantor. Selain bisa sambi ngopi & ngebul mengelola barisan kode yang bisa sampai ribuan dan berbagai macam logical data yang se-abrek itu butuh inspirasi & ketenangan pikiran yang super duper tinggi, tentunya adalah dengan memposisikan diri senyaman mungkin saat melakukan pekerjaan / tugas kantor.
Saya lebih tidak nyaman & bingung sendiri apabila bekerja di suasana berbagai kantor dengan formalitas ala pegawai kantoran dimana banyak teman-teman juga sibuk sendiri-sendiri dengan pekerjaannya. Oleh sebab itu di setiap saya bekerja di sebuah perusahaan, maka saya lebih memilih untuk bekerja sebagai Remote Worker yang bisa kesana kemari sesuka hati.
Keuntungan (Plus) Programmer Sebagai Remote Worker (Biasanya) :
- Bisa bekerja dimana saja, tidak terikat harus bekerja di kantor / tempat terentu (sesuai kebijakan perusahaan juga sih).
- Biasanya jam kerja yang flexible.
- Tingkat kenyamanan & produktifitas dalam kerja meningkat.
- Bisa bebas dari pengawasan atasan (biasanya hal ini yang paling tidak di sukai oleh seorang pegawai). Pengawasan yang ketat akan mengakibatkan timbulnya beban mental tersendiri saat melakukan kegiatan / bekerja.
- Bisa istirahat sewaktu-waktu (Tergantung deadline task juga sih – malah bisa-bisa jam kerja lebih tinggi dan sekedar ngelurusin pinggang aja tak sempat)
Minus Programmer Sebagai Remote Worker (Biasanya)
- Mendapatkan task dengan deadline yang lebih singkat.
- Produktifitas / kinerja di tuntut untuk super cepat (biasanya terjadi seperti itu).
- Mempunyai skill / pengetahuan yang lebih tinggi untuk menyelesaikan suatu job task / problem yang terjadi.
- Job task & timing yang sering amburadul (atau seringnya ada task baru – random task yang terus diberikan padahal task sebelumnya belum final, dan ini yang sering terjadi)
- Jam kerja yang tidak menentu, bahkan saat sudah menyelesaikan jam harian masih ada tugas susulan yang harus di selesaikan lebih awal atau ada task baru atau mungkin ada permintaan untuk mengatasi permasalahan perusahaan di luar jam kerja yang sudah kita tentukan sebelumnya.
Dan mungkin banyak lagi plus minus-nya, bahkan mungkin tidak dapat dihindari kalau di perusahaan yang mengijinkan karyawannya untuk Remote Working, akan terjadi saling iri atas misal masalah gaji, waktu kerja, tempat kerja.
Misal karyawan yang onsite akan iri kepada karyawan remote, dimana onsite harus selalu di kantor, sedangkan remote worker itu bisa kerja dimana saja, tak perlu kekantor.
Atau mungkin si remote worker yang anggapannya kerja dengan task yang Kasus yang lebih Sulit, mempunyai gaji yang lebih sedikit daripada onsite worker.
Sebenarnya hal-hal tersebut tidak perlu terjadi & tidak perlu diambil pusing atau dipermasalahkan. Toh itu semua sesuai kesepakatan.
Bekerja sebagai Superman Developer as Remote Worker bagi saya sendiri sudah 4 Tahun lebih, dan merasa nyaman karena bisa bertemu dengan anak istri di rumah sebagai penyemangat.
Akan tetapi banyak juga dukanya, seperti halnya dituntut untuk bekerja overskill ataupun overtime dengan task bejibun dan hal-hal yang tidak tentu. Di jam-jam saat istirahat masih di hubungi, atau di berikan task dengan atribusi yang belum pernah kita tahu apa dan bagaimana cara kerja / sistem tentang job task itu sendiri. Kadang-kadangpun saya harus mampu menjadi seorang pesulap sim salabim pekerjaan yang biasanya selesai 2 hari, tapi dalam waktu 2 jam sudah selesai, dan itupun di kerjakan saat waktunya istirahat dan otak & badan sudah teramat sangat lelah, dan sering pula hasilnya di luar ekspektasi.
Terkadang saya merasa sangat tidak nyaman, tapi terkadang pula merasa bekerja seperti ini sangat terasa nyaman.
Tergantung dari suasana hati juga sih, toh programmer / developer dan sejenisnya itu yang di peras itu otaknya bukan sekedar ototnya saja. Kalau untuk masalah Tekanan dalam perusahaan itu pasti ada saja, karena kita hanya mengikuti alur dan formalitas sebagai pekerja dan harus bersikap profesional pula.
Akhir kata, orang yang berprofesi seperti saya ini tugasnya cuma :
Convert Coffee Into Codes
Superman Of IT